MAKALAH
“ALAT TANGKAP PUKAT PANTAI”
Di
ajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata
Kuliah Dasar-Dasar Penangkapan
Yang
di ampuh oleh ibu Hj. Sitti Nursinar, S.Pi. M.Si
OLEH
KELOMPOK
6 :
1.
Aswin
Idris Usman
2.
Vikran
Wolinelo
3.
Zulkifli
Bangko
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
DESEMBER 2015
KATA
PENGENTAR
Puji
syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, karena atas perkenan-Nya,
kami dapat menyusun “Makalah Dasar-Dasar
Penangkapan yang berjudul Alat
Tangkap Pukat Pantai”.Makalah ini merupakan salah satu tugas dalam mata
kuliah dasar-dasar penangkapan. Makalah ini dibuat untuk lebih mempermudah kita
dalam belajar.
Dalam
penyusunan makalah ini tentunya tidak terlepas dari dukungan beberapa pihak.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami telah berusaha semaksimal mungkin demi
kesempurnaan makalah ini namun kami mohon maaf bila terdapat kesalahan dalam
penyusunan makalaah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritikan
ataupun tambahan dalam penyusunan makalah berikutnya.
GORONTALO, 06
Desember 2015
penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pukat
pantai atau beach seine adalah salah satu jenis alat tangkap yang masih
tergolong kedalam jenis alat tangkap pukat tepi. Dalam arti sempit pukat pantai
yang dimaksudkan tidak lain adalah suatu alat tangkap yang bentuknya seperti
payang, yaitu berkantong dan bersayap atau kaki yang dalam operasi
penangkapanya yaitu setelah jaring dilingkarkan pada sasaran kemudian dengan
tali panjang (tali hela) ditarik menelusuri dasar perairan dan pada akhir
penangkapan hasilnya didaratkan ke pantai. Pukat pantai juga sering disebut
dengan krakat. Di beberapa daerah di jawa juga dikenal dengan nama “puket”,
“krikit”, dan atau “kikis”.
Daerah penyebaran alat tangkap pukat
panta terdapat hampir di seluruh daerah perikanan laut Indonesia, walaupun di
tiap daerah punya nama dan ciri tersendiri, namun hal ini pada dasarnya hanya
bertujuan untuk memudahkan pengenalan alat tangkap ini di masing-masing daerah.
Misalnya alat tangkap pukat pantai yang beroperasi di teluk Segara Wedi yang
labih dikenal dengan krakat prigi karena terdapat di perairan prigi kabupaten
Trenggalek Jawa Timur. Krakat ini sudah digunakan untuk menangkap ikan sejak
jaman belanda atau sekitar tahun 30-an. Pada masa itu harga bahannya masih
relative mahal, oleh karena itu baru para pegawai pemerintah Hindia Belanda
saja yang memiliki. Sedangkan bahan untuk membuatnya pun masih sederhana, alat
ini pada masa itu terbuat dari benang kapas dicampur dengan getah bakau pada
bagian jaringnya, dan tali penarik terbuat dari penjalin dengan daya awet alat
yang hanya dapat mencapai kurang labih selama 2 tahun.
Daerah
penangkapan yang bertambah luas dan jauh jaraknya disebabkan dengan adanya
persaingan dengan alat tangkap pukat cincin dan payang yang beroperasi di
perairan yang sama sehingga jumlah ikan menjadi terbatas. Selain itu derasnya
erosi di wilayah pesisir karena kurangnya pelindung menyebabkan perairan pantai
terdekat menjadi dangkal.
Bagian pelampung pada pukat pantai
pada masa pemerintahan Hindia Belanda itu masih terbuat dari kayu dan
pemberatnya dari batu dan tanah liat yang dibakar, tatapi sekarang sudah
berkembang menjadi bahan sintetis karena lebih awet dan mudah perawatanya.
Jumlah pemilik pukat pantai dan nelayan buruh yang mengoperasikan juga
bertambah banyak dan terus berkembang.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah pada penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
apa yang di maksud dengan alat tangkap pukat pantai
2.
bagaimana cara mengoprasikan alat tangkap pukat pantai
3.
apa saja jenis ikan yang tertangkap
1.3
Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini selain mengerjakan tugas mata kuliah dasar-dasar
penangkapan ikan, yaitu untuk mengetahui lebih lanjut dan memahami alat tang
kap pukat pantai, cara pengoprasian, dan ikan yang dapat ditangkap oleh alat
tangkap pukat pantai tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi pukat
pantai
Pada prinsipnya krakat atau pukat
pantai terdiri dari bagian bagian seperti : kantong, sayap atau kaki dan tali
panjang (slambar, hauling line). Bagian kantong berbentuk kerucut, bisa dibuat
dari bahan waring, katunmaupun bahan sintetis seperti waring karuna, nilon, dan
bahan dari plastik. Pada mulut di kantong kanan-kirinya dihubungkan dengan kaki
atau sayap, sedang pada bagian ujung belakang yang disebut ekor diberi tali
yang dapat dengan mudah dibuka dan diikatkan untuk mengeluarkan hasil tangkapn.
Bagian kaki atau sayap dibuat dari bahan benang katun atau bahan sintetis
lainnya. Besar mata bagian kaki bervariasi mulai dari 6,5 cm pada ujung depan
dan mengecil pada bagian pangkalnya. Pada bagian ujung depan kaki diberi atau
dihubungkan dengan kayu cengkal (brail or preader). Pada tiap ujung kaki, yaitu
pada ris atas dan bawah diikatkan tali yang telah diikatkan pada kayu cengkal
kemudian disambungkan dengan tali hela (tali slambar, hauling line) yang
panjang dan dapat dibuat menurut kebutuhan. Pada bagian atas mulut dan kaki
diikatkan pelampung. Ada tiga macam pelampung yang sering digunakan yaitu:
pelampung raja, pelampung biasa dan pelampung. Sedangkan pada ris bawah
diikatkan dua macam pemberat yaitu dari timah dan pemberat dari rantai besi
yang jarak antara satu dengan yang lainnya saling berjauhan.
Gambar. pukat pantai
Pukat pantai terdiri dari tiga
bagian penting yaitu kantong (bag), badan (shoulder) dan sayap (wings).
Masing-masing bagian masih terdiri atas beberapa sub bagian lagi.
1. Sayap (Wings)
Sayap
merupakan perpanjangan dari bahan jaring, berjumlah sepasang terletak pada
masing-masing sisi jarring. Masing-masing sayap terdiri atas:
1. Ajuk-ajuk, yang berada di ujung
depan dan biasanya terbuat dari polyethyline
2. Gembungan, yang terdapat di
tengah dan biasanya juga terbuat dari polyethyline.
3. Clangap, yang berada di dekat
badan dan biasanya juga terbuat dari polyethyline atau bahan sintetis lainnya.
2. Kantong (Bag)
Kantong
berfungsi sebagai tampat ikan hasil tangkapan, berbentuk kerucut pada ujungnya
diikat sebuah tali sehingga ikan-ikan tidak lolos. Biasanya masih dibantu
dengan kebo kaos untuk membantu menampung hasil tangkapan. Kantong terdiri atas
bagian-bagian yang mempunyai ukuran mata yang berbeda-beda. Kantong terdiri
dari dua bagian, pada umumnya bagian depan berukuran mata sekitar 14 mm,
berjumlah sekitar 290 dan panjang sekitar 2,20 m. Bagian belakang kira kira
memiliki ukuran mata 13 mm, dengan jumlah sekitar 770, dan panjang sekitar 4 m.
3. Badan (Shoulder)
Bagian
badan jarring terletak di tengah-tengah antara kantong dan kedua sayap.
Berbentuk bulat panjang berfungsi untuk melingkupi ikan yang sudah terperangkap
agar masuk ke kantong. Badan terdiri atas bagian depan yang mempunyai ukuran
mata yang lebih kecil daripada bagian belakang dan dengan panjang serta jumlah
mata yang lebih banyak daripada bagian belakang.
Kedudukan
pukat pantai di perairan sangat ditentukan oleh keberadaan pelampung dan
pemberat pukat pantai.
1.
Pemberat (Sinker)
Pemasangan
pemberat pada umumnya ditempatkan pada bagian bawah alat tangkap. Fungsinya
agar bagian-bagian yang dipasangi pemberat ini cepat tenggelam dan tetap pada
posisinya meskipun mendapat pengaruh dari arus serta membantu membuka mulut
jaring kearah bawah.
2.
Pelampung (Floats)
Sesuai
dengan namanya fungsi pelampung digunakan untuk memberi daya apung atau untuk mengapungkan
dan merentangkan sayap serta membuka mulut jarring ke atas pada alat tangkap
pukat pantai.
Selain
hal-hal yang telah disebutkan diatas pukat pantai juga menggunakan tali temali.
Tali tamali yang terdapat dalam pukat pantai ada tiga jenis, yaitu:
a)
Tali Penarik (Warps) dan Tali Goci (Bridles)
Terletak
pada dua ujung sayap, berfungsi untuk menarik jaring pukat pantai pada setiap
operasi penangkapan. Tali ini ditarik dari pantai oleh nelayan dengan
masing-masing sayap ditarik oleh sekitar 13 nelayan atau tergantung dengan
panjang dan besarnya pukat pantai.
b)
Tali Ris Atas (Lines)
Berfungsi
sebagai tempat untuk melekatnya jaring pada bagian atas dan pelampung. Tali ini
terletak pada kedua sayap
c)
Tali Ris Bawah (Ground Rope)
Tali ini
berfungsi sebagai tempat melekatnya jaring pada bagian bawah dan pemberat. Tali
ini terletak pada kedua sayap jarring.
3. Karakteristik Alat Tangkap Pukat Pantai
Alat
tangkap pukat pantai termasuk jenis pukat yang berukuran besar. Banyak dikenal
di daerah pantai utara Jawa, Madura, Cilacap, Pangandaran, Labuhan , Pelabukan
Ratu, Maringge (Sumatra Selatan). Bentuknya seperti payang dan bersayap.
Prinsip pengoperasianya adalah menelusuri dasar perairan dan pada akhir
penangkapan hasilnya didaratkan ke pantai. Dalam pengoperasiannya pukat pantai
yang berukuran bear memerlukan tenaga sampai puluhan orang lebih. Kantong pada
pukat pantai biasanya berbentuk kerucut dan terbuat dari katun maupun bahan
sintetis lain. Hasil tangkapan yang diperoleh dengan alat tangkap pukat pantai
biasanya jenis-jenis ikan pantai yang hidup di dasar dan termasuk juga jenis
udang. Dalam pengoperasiannya kapal atau perahu yang digunakan bervariasi.
Sampai sekarang penggunaan alat tangkap pukat pantai ini terus menerus
mengalami perkembangan baik dalam halperubahan model maupun penyebaran atau
distribusinya.
4. Bahan dan Spesifikasinya
Seperti yang telah disebutkan pada
konstruksi maupun detail konstruksi, pada prinsipnya pukat pantai terdiri dari
bagian-bagian kantong yang berbentuk kerucut yang bisa dibuat dari bahan
waring, katun maupun bahan sintetis lain seperti waring karuna, nilon bahan
dari plastic maupun polyethylene (PE). Bagian kaki atau sayap dibuat dari bahan
benang katun atau bahan sintetis lainnya. Pada bagian atas mulut dan kaki
diikatkan pelampung. Pelampung ini kebanyakan terbuat dari bahan sintetis yang
bersifat mudah mengapung atau tidak tenggelam dan biasanya berbentuk silinder.
Sedangkan pada ris bawah diikatkat pemberat yang bisa terbuat dari timah atau
dapat pula digunakan rantai besi. Pada masa dahulu masih digunakan pemberat
yang terbuat dari bahan liat maupun batu. Namun sekarang sudah jarang digunakan
karena daya awetnya rendah.
2.2 Teknik Pengoprasian Alat
Tangkap Pukat Pantai
Adapun teknik pengoprasian alat tangkap
dari pukat pantai yang terdiri dari beberapa tahap seperti yang terlihat di
bawah ini:
2.2.1 Tahap Persiapan
Kira-kira sebanyak 6 orang nelayan
naik ke perahu yang ditambat di dekat pantai untuk mempersiapkan segala sesuatu
yang diperlukan bagi operasional penangkapan. Jaring dan tali disusun
sedemikian rupa dengan dibantu para nelayan penarik untuk mempermudah operasi
penangkapan terutama pada waktu penawuran (setting). Urut-urutan susunan alat
dalam perahu mulai dari dasar adalah sebagai berikut : gulungan tali penarik I,
sayap I, badan, kantong, sayap II dan teratas adalah gulungan tali penarik II.
Diatur pula letak pelampung pada bagian sisi kanan menghadap kea rah laut dan
pemberat di sebelah kiri menghadap kea rah pantai. Salah satu ujung tali hela
(penarik) diikatkan pada patok kayu di pantai kemudian perahu dikayuh menjauhi
pantai.
2.2.2 Tahap Penawuran (Setting)
Perahu dikayuh menjauhi pantai
sambil menurunkan tali hela II yang ujungnya telah diikatkan pada patok di
daratan pantai. Apabila syarat-syarat fishing ground telah ditemukan dan jarak
sudah mencapai sekitar 700 m (sepanjang tali hela) dari pantai, perahu mulai
bergerak ke kanan sambil menurunkan jaring. Penurunan jaring diusahakan agar
membentuk setengah lingkaran menghadap garis pantai. Urutan penurunan dari
perahu sebelah kiri berturut-turut sayap II, badan dan kantong serta sayap I, kemudian
tali hela diulur sambil mengayuh perahu mendekati pantai dan pada saat
mendekati pantai ujung tali penarik yang lain dilempar ke pantai dan diterima
oleh sekelompok nelayan yang lain. Setelah kedua ujung tali penarik berada di
pantai, masing-masing ujung ditarik oleh sekelompok nelayan yang berjumlah
sekitar 13 orang per kelompok. Pada saat itu perahu kembali kelaut untuk
mengambil tali kantong dan mengikuti jaring hingga ke pantai selama penarikan
jaring.
Kecapatan perahu dalam menebarkan jaring dapat dihitung
dengan mengetahui jarak yang telah ditempuh perahu dan lamanya waktu penebaran.
Sedangkan kecepatan penawuran dapat diperoleh dengan menghitung panjang pukat
pantai dibagi dengan lama penawuran.
2.2.3 Tahap Penarikan (Hauling)
Ketika ujung tali hela I telah
sampai di pantai, penarikan jaribng dimulai. Jarak antara ujung tali penarik I
dan II kurang lebih 500 m, masing-masing ditarik oleh nelayan berjumlah sekitar
13 orang. Sambil secara bertahap saling mendekat bersamaan dengan mendekatnya jarring
ke pantai. Perpindahan dilakukan kira-kira sebanyak 4 kali dengan perpindahan
ke 4 pergeseran dilakukan terus menerus hingga akhirnya bersatu. Ketika sayap
mulai terangkat di bibir pantai, penarikan di komando oleh seorang mandor untuk
mengatur posisi jarring agar ikan tidak banyak yang lepas. Bersamaan dengan itu
perahu dikayuh menuju ujung kantong yang diberi tanda dengan bendera yang
terpasang pada pelampung. Salah satu dari crew penebar mengikatkan kebo kaos
pada bagian ujung kantong. Kebo kantong tersebut dimaksudkan sebagai tempat
ikan hasil tangkapan agar jarring tidak rusak akibat terlalu banyak muatan.
Sambil memegang kebo kaos tersebut nelayan berenang mengikuti jarring sampai ke
pinggir pantai. Kecepatan penarikan dapat dihitung dengan cara membagi panjang
keseluruhan dengan lamanya penarikan.
2.2.4 Tahap Pengambilan Hasil
Tangkap
Sayap dan badan pukat pantai terus
ditarik dan bila kedua bagian ini telah berada di daratan pantai, kantong
ditarik dan hasil tangkapan dikeluarkan dari kantong. Selanjutnya ikan yang
jenisnya bermacam-macam tersebut disortir dengan memisahkan dan memasukkanya ke
dalam keranjang tempat yang telah disediakan. Selain itu sebagian nelayan ada
yang menaikkan tali penarik dan jating ke daratan untuk dirawat atau mempersiapkan
pengoperasian tahap berikutnya.
2.3 Jenis Ikan Yang Tertangkap
Hasil
tangkapan yang diperoleh dengan alat tangkap pukat pantai terutama jenis-jenis
ikan dasar atau jenis ikan demersal dan udang antara lain yaitu; pari (rays),
cucut (shark),teri (stolepharus spp), bulu ayam (setipinna spp), beloso
(saurida spp), manyung (arius spp), sembilang (plotosus spp), krepa
(epinephelus spp), kerong-kerong (therapon spp), gerot-gerot (pristipoma spp),
biji nangka (parupeneus spp), kapas-kapas (gerres spp), petek (leiognathus
spp), ikan lidah dan sebelah (psettodidae), dan jenis jenis udang (shrimp).
Sedangkan
untuk pembagian hasil tangkapan, hal ini sudah diatur sesuai dengan
undang-undang no 16 tahun 1964 tentang pembagian hasil usaha perikanan tangkap
untuk operasi penangkapan ikan di laut dengan menggunakan perahu layar, nelayan
penggarap minimal mendapat 75% dari hasil usaha bersih.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
pukat pantai merupakan alat penangkapan ikan yang sedikit
sulit dan tidak mudah di gunakan sendirian atau dua orang saja, karena Pengoperasiannya
mebutuhkan kerja sama antara nelayan dengan cara melingkari gerombolan ikan dan
menariknya ke darat/pantai melalui kedua bagian sayap tali selambar.
3.2 saran
Pembahasan
mengenai penangkapan ikan dengan menggunakan pukat pantai merupakan pembahasan yang diperlukan oleh
mahasiswa khususnya kita mahasiswa fakultas peikanan dan ilmu kelautan, karena untuk
menambah wawasannya.
Dalam penyusunan
makalah ini tentu masih terdapat kekurangan , oleh sebab itu kami sebagai
penyusun khususnya sangat mengaharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penyusunan makalah-makalah
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.1976.FISHERMAN’S
MANUAL.World Fishing. England.
Anonimous.1975.FAO CATALOGUE OF SMAIL SCALE FISHING GEAR.FAO
of UN.
Ayodya.1975.FISHING METHODS DIKTAT KULIAH ILMU TEHNIK
PENANGKAPAN IKAN. Bagian Penangkapan. Fakultas Perikanan IPB. Bogor.
Subani dan Barus.1989. ALAT PENANGKAPAN IKAN DAN UDANG LAUT
DI INDONESIA. Balai Perikanan Laut. Jakarta.
5kbps YouTube + Videoslens.cc
ReplyDeleteyoutube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube videodl youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube youtube converter youtube youtube youtube VIP worrione PLAYED · KONDAVES · DANIEL LUCAS