Laporan Praktikum
MENGIDENTIFIKASI ORGANISME AVERTEBRATA AIR
DIKAWASAN TELUK TOMINI KELURAHAN LEATO SELATAN
KOTA GORONTALO
Oleh
:
ASWIN
IDRIS USMAN
632
414 013
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANA
2015
KATA PENGANTAR
Ahamdulillah
sebagai ungkapan rasa syukur maka tiada lain yang patut penyusun puji selain
Allah SWT dengan segala rahmat dan hidayah-Nya telah memberikan kekuatan,
kesehatan dan keteguhan kepada penyusun sehungga dapat menyelesaikan laporan
ini dengan judul “Mengidentifikasi
Organisme Avertebrata Air di Kawasan Teluk Tomini Kelurahan Leato Selatan Kota
Gorontalo” yang merupakan salah satu tugas mata kuliah biologi perikanan
pada jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Negeri Gorontalo.
Dalam penyusunan
laporan ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penyusun telah berusaha
semaksimal mungkin demi kesempurnaan laporan ini namun kesempurnaan hanyalah
milik Allah semata. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua, amin.
Gorontalo, Desember 2015
Penyusun
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Teluk Tomini adalah teluk terbesar
di Indonesia dengan luas kuran lebih 6 juta hektar. Teluk Tomini berada digaris
khatulistiwa yang terletak pada tiga daerah adminstrasi provinsi yaitu provinsi
Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo. Teluk Tomini memiliki
sumberdaya alam yang kaya dan unik
termasuk potensi kelautan dan perikanan namun eksplorsi sumberdaya masih belum
memadai membutuhkan pengolahan secara professional (Fauzan, 2011 dalam Thalib, 2015).
Peranan
avertebrata air secara langsung terkait dengan ikan adalah sebagai bahan makan,
sebagai parasit ikan, sebagai pemangsa ikan, dan sebagai kompeterior ikan.
Adapun manfaat avertebrata air bagi manusia yaitu sebagai bahan konsumsi, usaha
budidaya, sebagai indikator biologis yaitu dapat digunakan sebagai petunjuk
tingkat pencemaran perairan misalnya cacing dari tubificiade dan larva chironomus.
Avertebrata
air adalah hewan air yang tidak mempunyai tulang belakang dan susunan
pencernaannya terletak dibawah saluran pencernaan. Avertebrata air tebagi
menjadi delapan filum yaitu: Porifera, Coelenterata, Echinodermata, Mollusca,
Plathyhelmanthes, Nemalthelminthes, annelida dan Anthropoda.
1.2
Tujuan
Tujuan praktikum ini yaitu untuk
mengetahui organisme avertebrata air yang terdapat dikawsan Tteluk Tomoni Kelurahan
Leato Selatan Kota Gorontalo.
1.3
Manfaat
Dengan adanya praktikum
ini mahasiswa dapat mengetahui organisme yang berinteraksi dilingkungannya. dan
bisa membedakan klasifikasi serta menambah wawasan mahasiswa hususnya perikanan
dan ilmu kelautan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Phylum Molusca
Mollusca
(dalam bahasa Latin, Molluscus= Lunak) merupakan hewan yang bertubuh lunak.
Tubuhnya lunak di lindungi oleh cangkang, meskipun ada juga yang tidak
bercangkang. Hewan ini tergolong hewan triploblastik selomata. Umumnya hewan
yang tergolong dalm filum ini memiliki cangkang, namun ada juga yang tidak
memiliki cangkang. Cangkang filum hewan ini terbuat dari zat kapur. Umumnya
cangkang pada hewan ini terdapat pada luar tubuh (Brotowidjojo, 1989).
A. ciri ciri molusca
Filum
Mollusca merupakan salah satu anggota hewan invertebrata. Anggota filum ini
antara lain remis, tiram, cumi-cumi, octopus dan siput. Berdasarkan kelimpahan
spesiesnya Mollusca memiliki kelimpahan spesies terbesar disamping Arthropoda.
Ciri umum yang dimiliki adalah:
2.
Tidak bersegmen kecuali monolacopora.
3.
Memiliki kepala yang jelas dengan organ
reseptor kepala yang bersifat khusus.
4.
Pada permukaan ventral dinding tubuh
terdapat kaki brotot yang secara umum digunakan untuk bergerak.
5.
Dinding tubuh sebelah dorsal meluas
menjadi satu atau sepasang lipatan yaitu mantel atau pallium (Hala, 2007).
6.
Lubang anus dan ekskretori umumnya
membuka ke dalam rongga mantel.
7.
Saluran pencernaan berkembang baik.
8.
Sebuah rongga bukal yang umumnya
mengandung radula berbentuk seperti proboscis. Esophagus merupakan perkembangan
dari stomodeum yang umumnya merupakan perkembangan dari stomodeum yang umumnya
merupakan daerah khusus untuk menyimpan makanan dan fragmentasi.
9.
Pada daerah pertengahan saluran
pencernaan terdapat ventirkulus (lambung) dan sepasang kelenjar pencernaan
yaitu hati.
10. Sedangkan
daerah posterior saluran pencernaan terdiri dari usus panjang yang terakhir
anus.
11. Memiliki
sistem peredaran darah dan jantung
12. Pernafasan
dengan insang, paru-paru atau keduanya.
13. Hidup
dilaut, air tawar, dan darat
14. Memiliki
kelamin terpisah, atau hemaprodit, ovipar atau ovovipar (Suwingnyo, 2005).
15. Umumnya
memiliki mantel yang dapat menghasilkan bahan cangkok berupa kalsium karbonat.
Cangkok tersebut berfungsi sebagai rumah (rangka luar) yang terbuat dari zat
kapur misalnya kerang, tiram, siput sawah dan bekicot. Namun ada pula Mollusca
yang tidak memiliki cangkang, seperti cumi-cumi, sotong, gurita atau siput
telanjang (Rusyana, 2011).
2.2 Phylum Echinodermata
Echinodermata berasal dari kata Yunani: Echinos=
duri, Derma= kulit: berarti hewan yang kulitnya berduri. Kelompok hewan ini
meliputi Bintang laut (kelas Asteroidea), Bintang ular (kelas Ouphioroidea),
Landak laut (kelas Echinoidea), Lilia laut (kelas Crinoidea), Mentimun laut
atau Teripang laut (kelas Holothuroidea) di samping beberapa kelas yang telah
punah (Suwignyo, 2005).
Echinodermata merupakan hewan laut yang hidup di
pantai, tetapi kebanyakan di dasar laut. Hewan-hewan yang termasuk
Echinodermata adalah hewan coelomata dengan simetri radial dengan pentamerous,
di mana tubuh di bagi menjadi 5 bagian tersusun mengelilingi sumbu pusat,
tetapi larvanya simetri bilateral. Tidak mempunyai kepala, memiliki
endoskeleton berupa ossikula kalkareus, trbentuk dari mesodermis, terdapat pula
spina eksternal yang dapat di gerakkan atau tidak. Organ respirasinya berupa
insang kecil yang menyembul dari coelom. Tidak ada sistem pembuluh darah yang
khusus, hanya di wakili oleh jaringan lakunar, tidak ada organ ekskresi
(Suwignyo, 2005).
A.
Ciri-Ciri
Umum
1. Tubuh tak bersegmen, simetri
radial (dewasa), simetri bilateral (larva), tubuh terbagi menjadi 5 belahan,
bulat, silindris atau seperti bintang.
2. Triploblastik, endoderm berasal
dari bagian mesoderm sehingga di sebut endo mesodermal.
3. Tidak mempunyai kepala.
4. Berangka dalam (endoskeleton).
5. Mempunyai sistem saluran air.
6. Mempunyai rongga tubuh (coelom)
yang di sebut enterosolus; selom berisi sel-sel amubosit; pada tingkat larva
selom berfungsi sebagai sistem saluran air.
7. Sistem pecernaan makanan
biasanya lengkap.
8. Sistem respirasi: insang kulut,
kaki tabung, pohon pernapasan, dinding tubuh, kloaka (kelas Holothuroidea),
bursae (kelas Ouphiuroidea).
9. Sistem peredaran darah terbatas
dalam saluran selom.
10. Sistem saraf tersusun atas
cincin saraf yang melingkari bagian oral, bercabang-cabang ke arah radial.
11. Organ sensoris kurang begitu
berkembang, terdiri atas organ taktil, kemoreseptor, podia, ujung tentakel,
photoreseptor, dan statokist.
12. Tidak mempunyai organ eksresi.
13. Alat kelaminnya terpisah
(beberapa hemafrodit) dengan ukuran gonad besar, tunggal (kelas Holothuroidea),
tetapi kebanyakan jumlahnya berlipat dengan saluran yang sederhana.
14. Fertilisasi eksternal.
15. Larvanya dapat berenang bebas,
pada beberapa jenis di sertai metamorfosi
2.3 Fillum
Crustasea
Crustacea
merupakan fillum Arthropoda yang sebagian besar hidup di laut dan
bernapas dengan insang. Tubuhnya terbagi dalam kepala (cephalo), dada
(thorax), dan perut (abdomen). Kepala dan dada bergabung membentuk kepala-dada
(chepalothorax). Kepalanya biasanya terdiri dari lima ruas yang tergabung
menjadi satu. Mereka mempunyai dua pasang antena, sepasang mandibel (mandible)
atau rahang dan dua pasang maksila (maxilla). Beberapa diantaranya
digunakan untuk berjalan. Ruas abdomen biasanya sempit dan lebih mudah bergerak
dari padakepala dan dada. Ruas-ruas tersebut mempunyai embelan yang
ukurannya sering mengecil
(Nontji, 1993).
A.
Ciri-Ciri
Crustasea
Crustacea
mempunyai kulit (cangkang) yang keras disebabkan adanya endapan kalsium
karbonat pada kutikula. Semua atau sebagian ruas tubuh mengandung apendik yang
aslinya biramus. Bernapas dengan insang atau seluruh permukaan tubuh. Kelenjar
antena (kelenjar hijau) atau kelenjar maxilla merupakan alat ekskresi. Kecuali
jenis- jenis tertentu, crustacea pada umumnya dioecious, pembuahan di
dalam. Sebagian besar mengerami telurnya. Tipe awal
larva crustacea pada dasarnya adalah larva
nauplius yang berenang bebas sebagai
plankton (Ghufronet al, 1997).
B.
Habitat Crustasea
Crustacea
dapat hidup dari berbagai habitat baik di air tawar, laut, dan daratan.
Jenis-jenis yang hidup di darat umumnya membuat lubang dan ada jenis-jenis
tertentu yang hidup di puncak poho. Kehidupan yang dijalaninya juga amat
beragam seperti plankton, bentos, epizon dan parasit (Aslan dkk, 2010).
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum
dilaksanankan pada hari Rabu tanggal 16 Desember 2015 pukul 07.30 WITA. sampai
dengan selesai bertempat dikawasan Teluk Tomini Kelurahan Leato Selatan, Kota
Gorontalo.
3.2
Alat dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
A. Alat
Tabel
1. Alat yang digunakan saat praktikum
NO
|
Alat
|
Fungsi
|
1
|
Tali rapia
|
Untuk membuat transek.
|
2
|
Patok kayu
|
Sebagai alat untuk menahan talirapia
dalam pembuatan transek.
|
3
|
Meteran
|
Untuk mengukur dalam pembuatan transek.
|
4
|
ATM
|
Untuk mencatat data yang diperoleh.
|
5
|
Kamera
|
Untuk mengmbil dokumentasi.
|
6
|
Sabak(papan ujian komputer)
|
Sebagai alas untuk mencatat data.
|
B. Bahan
Bahan yang menjadi
tempat praktikum yakni Perairan teluk tomini Kelurahan Leato Selatan dengan
berbagai macam hewan avertebrata air yang ada ditransek.
3.2
Prosedur Kerja
Prosedur
kerja yang dilakukan saat praktikum adalah sebagai berikut:
a.
Setiap
prerorangan praktikum memasang patok,
kemudian patok tersebut diikat dengan tali rafia sehingga berbentuk persegi
dengan ukuran 20 x 20 meter.
b.
Kemudian
setiap praktikum mencari organisme avertebrata perairan di lokasi praktek.
c.
Setiap
perorangan praktukum melakukan identifikasi organisme perairan (avertebrata
air) yang di temui di lakasi praktek dan mengklasifikasi organisme avertebrata
air yang di temui sesui dengan filim serta kelasnya.( hitung jumlah orgasime).
d.
Kemudian
menjelaskan ciri ciri, cara hdup, habitat hidup organisme yang di temui.
Menjelaskan peranan organisme perairan organisme perairan yang di temui
khususnya dalam bidang periikanan.
e. Semua data hasil pengamatan pada
lokasi dimasukan pada bab hasil dan pembahasan sesuai dengan bidangnya. Serta
mendokumentasikan serta menggambar setiap specimen yang anda temui dilokasi
praktek
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan diperairan leato selatan kota gorontalo dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel
2. Organisme yang ditemukan
NO
|
Organisme
|
Jumlah
|
1
|
|
1
|
2
|
|
1
|
3
|
|
2
|
4.1 Pembahasan
4.2.1Bintang Ular
Menurut Amir dan
Budiyanto, (1996), klasifikasi bintang ular yaitu :
Kingdom : Animalia
Phylum
: Echinodermata
Class : Ophiuroidea
Ordo : Valvatida
Family
: Ophiuridae
Genus
: Ophiolepsis
Spesies
: Ophiolepsis sp
Bintang ular adalah hewan dari filum
Echinodermata, yang memiliki hubungan dekat dengan bintang laut. Mereka
berjalan di dasar laut dengan menggunakan lengan fleksibel mereka untuk
bergerak. Bintang ular umumnya memiliki lima lengan berbentuk seperti cambuk
yang panjangnya bisa mencapai 60 cm (2 kaki) pada spesimen terbesar.Ada sekitar
1.500 spesies bintang ular yang hidup sekarang, dan mereka kebanyakan ditemukan
pada kedalaman lebih dari 500 meter (1.620 kaki) (Karta jaya, 2012)
a.
Ciri-ciri
1. Hewan
ini jenis tubuhnya memiliki 5 lengan yang panjang-panjang. Kelima tangan ini
juga bisa digerak-gerakkan sehingga menyerupai ular.
2. Mulut
dan madreporitnya terdapat di permukaan oral.
3. Hewan
ini tidak mempunyai amburakal dan anus, sehingga sisa makanan atau kotorannya
dikeluarkan dengan cara dimuntahkan melalui mulutn ya.
4. Hewan
ini hidup di laut yang dangkal atau dalam.
5. Biasanya
bersembunyi di sekitar batu karang, rumput laut, atau mengubur diri di
lumpur/pasir, dia sangat aktif di malam hari,
6. Makanannya
adalah udang, kerang atau serpihan organisme lain (sampah).
b.
Habitat
Bintang ular dapat ditemukan pada perairan besar,
dari kutub sampai tropis. Berdasarkan fakta, lili laut, teripang, dan bintang
ular merajai dasar laut pada kedalaman lebih dari 500 meter, di seluruh dunia.
Basket star biasanya terdapat di wilayah yang lebih dalam (Karta jaya 2012).
Berdasarkan praktukum yang ada, dimana bintang ular
dapat kami temukan didasar laut pada kedalaman setinggi lutut orang dewasa.
yang menempel dibalik karang, berjumlah 1 ekor bintang laut.
4.2.2
Bulu babi
Menurut Kastoro dan
Rohmintarto (1980), Berdasarkan taksonomi, bulu babi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
Filum :
Echinodermata
Kelas : Echinoidea
Subkelas : Euchinoidea
Ordo : Cidaroidea
Famili : Diadematidae
Genus : Diadem
Spesies :
Diadema setosu
Tubuh bulu babi sendiri
terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian oral, aboral, dan bagian diantara oral
dan aboral. Pada bagian tengah sisi aboral terdapat sistem apikal dan pada bagian
tengah sisi oral terdapat sistem peristomial. Lempeng-lempeng ambulakral dan
interambulakral berada diantara sistem apikal dan sistem peristomial. Di
tengah-tengah sistem apikal dan sistem peristomial termasuk lubang anus yang
dikelilingi oleh sejumlah keping anal (periproct) termasuk diantaranya adalah
keping-keping genital. Salah satu diantara keping genital yang berukuran paling
besar merupakan tempat bermuaranya sistem pembuluh air (waste vascular system).
Sistem ini menjadi cirri khas Filum Echinodermata, berfungsi dalam pergerakan,
makan, respirasi, dan ekskresi. Sedangkan pada sistem peristomial terdapat pada
selaput kulit tempat menempelnya organ “lentera aristotle”, yakni semacam
rahang yang berfungsi sebagai alat pemotong dan penghancur makanan. Organ ini
juga mampu memotong cangkang teritip, molusca ataupun jenis bulu babi lainnya.
Di sekitar mulut bulu babi beraturan kecuali ordo Cidaroidea terdapat lima
pasang insang yang kecil dan berdinding tipis. Tubuh bulu babi
memiliki satu rongga utama yang berisi lentera aristoteles dan organ
pencernaan. Lentera aristoteles terdiri dari lima buah gigi yang disatukan oleh
suatu substansi berkampur dan dikelilingi oleh otot pengulur dan penarik. otot
ini berperan mengatur pergerakan gigi. Lentera aristoteles berfungsi seperti
mulut dan gigi yang bertugas mengambil, memotong dan menghaluskan makanan,
Esophagus, usus halus, usus besar dan anus tersusun melingkari lentera
aristoteles membentuk suatu sistem pencernaan.
c.
Habitat
Bulu babi
hidup di ekosistem terumbu karang (zona pertumbuhan alga) dan lamun. Bulu babi
ditemui dari daerah intertidal sampai kedalaman 10 m dan merupakan penghuni
sejati laut dengan batas toleransi salinitas antara 30-34 ‰ (Aziz 1995 dalam Hasan 2002). Hyman (1955) dalam Ratna (2002) menambahkan bahwa
bulu babi termasuk hewan benthonic, ditemui di semua laut dan lautan dengan
batas kedalaman antara 0-8000 m.
Karena echinoide memiliki kemampuan beradaptasi dengan
air payau lebih rendah dibandingkan invertebrate lain. Kebanyakan bulu babi
beraturan hidup pada substrat yang keras, yakni batu-batuan atau terumbu karang
dan hanya sebagian kecil yang menghuni substrat pasir dan Lumpur, karena pada
kondisi demikian kaki tabung sulit untuk mendapatkan tempat melekat.
Golongan
tersebut khusus hidup pada teluk yang tenang dan perairan yang lebih dalam,
sehingga kecil kemungkinan dipengaruhi ombak. Dalam penelitian Gunarto dan
Setiabudi (2002) dilaporkan bahwa perkembangan gonad bulu babi pada musim
kemarau tidak dalam satu stadium, tetapi terdapat gonad dlam periode
berkembang, matang, pijah.
4.3 udang
a) Klasifikasi
Phylum:
arthropoda
Sub phylum: mandibulata
Class:
crustaceae
Devisi:
malacostraca
Ordo:
decapoda
Sub
ordo: natanita
Family:
panaeidae
Sub
family :panaeidae
Genus:
penaeus
Species:penaeus
monodon
Udang windu memiliki kulit tubuh
yang keras dari bahan chitin. Warna sekujur tubuhnya hijau kebiruan dengan
motif lereng besar. Udang windu dikenal sebagai black tiger, istilah tiger ini
muncul karena corak tubuhnya berupa garis-garis loreng mirip harimau, tetapi
warnanya hijau kebiruan. Nama ilmiah udang windu penaeus monodon. Udang ini
termasuk crustacean (udang-udangan) dan dikelompokan sebagai udang laut atau
udang penaide bersama dengan jenis udang lainya, seperti udang putih atau udang
jrebung, udang werus atau udang dogol,udang jari dan udang kembang.
b) Morfologi
Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
bagian kepala dan bagianbadan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut
cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8
ruas di bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap
ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas
pula. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang
berbentuk runcing (Rizal , 2009).
c) Habitat
Udang hidup disemua jenis habitat perairan dengan
89% diantaranya hidup di perairan laut, 10% diperairan air tawar dan 1% di perairan
teresterial (Abele, 1982).
Di
lokasi praktikum udang kami temukaan pada sela-sela batu karang yang hanya
berjumlah 2 ekor udang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari
pembahasan diatas dapat saya simpulkan bahwa, ternyata organisme yang terdapat
dipantai teluk tomini kelurahan leato kota gorontalo. Yaitu jenis organisme
seperti bulu babi, bintang laut, udang yang ditemukan menempel pada karang yang
hidup didasar laut tersebut.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam
melakukan pratikum ini kita harus benar-benar teliti dalam identifikasi ini,
agar tidak terjadi kesalahan saat membuat laporan hasil pratikum. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya terutama untuk
mahasiswa UNG Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
DAFTAR
PUSTAKA
Azis 1995, habitat bulu babai, sekolah tinggi
teknologi kelautan ( STITEK).
Brotowidjoyo,
Mukayat. 1989. Zoologi Dasar. Yogyakarta: Erlangga
Hala,Yusminah.
2007. Dasar Biologi Umum II. Makassar: Alauddin Press.
Hyman. 1955, habitat bulu babai, sekolah tinggi
teknologi kelautan (STITEKSuwignyo, Sugianti. 2005. Avertebrata Air. Jakarta: Katalog Dalam
Terbitan (KDT)
Thalib,
R. 2015. Pertumbuhan dan Struktur Umur Ikan Layang yang di Daratkan Di
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kota Gorontalo. Jurusan Teknologi Hasil
Perikanan .Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Universitas Negeri Gorontalo.
Rusmiyati,
S.2013. pintar budidaya udang windu.pustaka baru press. seri peternakan moderen
No comments:
Post a Comment